Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan para shahabatnya.
Pacaran merupakan hal yang dianggap lumrah di zaman sekarang.
Orang tua membiarkan anaknya berpacaran, guru-guru di sekolah pun menganggap
hal yang biasa jika ada muridnya yang berpacaran. Padahal sudah jelas hukum
berpacaran dalam Islam.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ
سَبِيلً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS.
Al Isro’ : 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan
bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika
kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina,
jelas-jelas lebih terlarang. Setiap muslim yang masih berakal sehat pasti
meyakini kalau pacaran itu merupakan suatu sarana mendekati zina.
Ingatlah kaidah: segala sesuatu yang Allah haramkan pasti
tedapat mafsadah (keburukan) di dalamnya, baik sesuatu itu mafsadah 100%,
maupun mafsadahnya lebih besar daripada maslahah (kebaikan)nya.
Sebenarnya alasan apa yang menyebabkan para pemuda berpacaran?
Mari kita simak 10 alasan seorang pemuda melakukan pacaran.
1. Supaya
Dianggap Keren
Banyak di antara para pemuda berpacaran dengan alasan supaya
dianggap keren oleh teman-temannya. Padahal keren di mata manusia tidak berarti
keren di mata Allah.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sungguh, yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah
yang paling bertaqwa.” (Qs. Al Hujurat: 13)
Ketaqwaanlah yang membuat kita mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, bukan kemaksiatan
(pacaran). Akankah kita menukar kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’alayang Maha Mulia dengan
kemuliaan semu di sisi makhuk-Nya yang hina?
2. Sebagai
Usaha untuk Mencari Pendamping Hidup
Banyak yang menganggap pacaran adalah satu-satunya cara untuk
mendapatkan pendamping hidup, tanpa pacaran seseorang tidak akan mendapatkan
jodohnya. Padahal Islam sebagai agama yang sempurna, pasti telah menjelaskan
cara mendapatkan jodoh yang sesuai dengan syari’at.
Bahkan Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ
وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ
لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Qs. An-nur: 26).
Seorang muslim/muslimah yang masih bersih fitrahnya pasti
menginginkan menikah dengan seseorang yang baik agamanya. Akankah seorang
laki-laki atau wanita yang baik didapatkan dengan cara pacaran?
Jodoh yang baik diperoleh dengan cara kita senantiasa berusaha memperbaiki
diri agar menjadi pribadi yang baik, meninggalkan
kemaksiatan-kemaksiatan, dan bertaubat menyesali kesalahan-kesalahan yang dulu
telah diperbuat.
Masihkah anda berpikir untuk mendapatkan jodoh dengan pacaran?
3. Sebagai
usaha mengenal pasangan sebelum menikah
Banyak yang melakukan pacaran dengan alasan untuk mengenal
pasangan sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Katanya agar tidak
seperti membeli kucing dalam karung. Benarkah dengan pacaran seseorang bisa
mengenal pasangan lebih jauh? Apakah pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran
ibarat membeli kucing dalam karung?
Pacaran memang bisa membuat seseorang mengenal sebagian sifat
pasangannya. Akan tetapi, seseorang yang berpacaran pasti hanya menunjukkan
hal-hal yang baik saja kepada pasangannya. Pacaran, sebagai hubungan tanpa
tanggung jawab yang jelas, tentunya tidak bisa menunjukkan karakter asli
seseorang. Bahkan tidak jarang seseorang menyesali perubahan tingkah laku
pasangannya setelah menikah. Pasangannya tidak lagi baik, mesra, sabar, dan
perhatian setelah menikah, tidak sama seperti saat pacaran dulu.
Islam, sebagai agama yang sempurna, pasti sudah mengatur
bagaimana agar seseorang mengenal pasangannya sebelum menikah yaitu dengan
nazhor. Caranya yaitu pertama, pilihlah calon yang baik. Mantapkan pilihan hati
dengan melakukan sholat istikharah. Kemudian datangi untuk nazhor. Nazhor
adalah memandang keadaan fisik wanita yang hendak dilamar, agar keadaan fisik
tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk melanjutkan melamar wanita tersebut
atau tidak.
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Jika salah seorang dari
kalian meminang wanita, maka jika dia bisa melihat apa yang mendorongnya untuk
menikahinya maka lakukanlah” [HR. Abu Dawud].
Namun dalam nazhor disyaratkan beberapa hal yaitu, dilarang
dilakukan dengan berduaan namun ditemani oleh mahrom dari sang wanita, kemudian
dilarang melihat anggota tubuh yang diharamkan, namun hanya memandang sebatas
yang dibolehkan seperti wajah, telapak tangan, atau tinggi badan.
Dalil-dalil tentang adanya nazhor dalam Islam juga
mengisyaratkan tentang terlarangnya pacaran dalam Islam. Karena jika calon
pengantin sudah melakukan pacaran, tentu tidak ada manfaatnya melakukan Nazhor.
Mengenal calon juga bisa dilakukan dengan bertanya kepada
orang-orang yang dekat dengan sang calon. Hal ini tentu lebih obyektif daripada
mencoba mengenalinya sendiri lewat pacaran.
4. Supaya
Bersemangat Sekolah/Kuliah
Alasan lain yang menyebabkan seorang pemuda berpacaran adalah
agar ia bersemangat sekolah atau kuliah. Alasan ini hanyalah alasan yang
dibuat-buat. Memang jika sang pacar satu sekolah atau satu kampus, apalagi satu
kelas, bisa membuat seseorang bersemangat berangkat ke sekolah atau ke kampus
dan rasanya bergairah untuk belajar.
Tapi, apakah semangat itu benar-benar semangat untuk belajar?
Akankah ia bisa fokus pada materi yang sedang diajarkan?
Ternyata semangat tersebut hanyalah semangat untuk bertemu
dengan sang kekasih. Semangat yang sangat rapuh. Jika sang kekasih tak hadir
atau mereka berdua sedang ada masalah, pasti semangatnya akan menurun drastis.
Ia pun tidak akan bisa berkonsentrasi penuh dengan materi yang diajarkan. Isi
kepalanya sudah penuh dengan memori tentang sang kekasih hati. Akibatnya
prestasi orang-orang yang berpacaran biasanya anjlok. Jika pun ada orang yang
pacaran tapi prestasinya tetap bagus, berarti orang tersebut memang dari
sananya pintar. Tapi saya yakin jika orang itu tidak pacaran, prestasinya pasti
jauh lebih bagus.
Maka, marilah kita menggantungkan semangat kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dzat yang telah
memberikan kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
5. Buat
Senang-Senang
Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Akan tetapi,
banyak manusia yang tidak mengerti hakikat kebahagiaan itu sendiri sehingga
mencari jalan-jalan yang diharamkan oleh syari’at dalam memperoleh kebahagiaan.
Salah satunya dengan pacaran.
Aktivitas pacaran pasti tidak jauh-jauh dari perbuatan saling
memandang, berdua-duaan, berpegangan tangan, bahkan lebih dari itu. Naudzu billahi min dzalika...
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“...Zina kedua mata
adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah
dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki
adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan
berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari
yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
“Janganlah seorang laki-laki
berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR.
Bukhari, no. 5233)
“Seandainya kepala
seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan
sanad hasan)
Hadits-hadits tersebut sudah cukup menunjukkan kalau kebahagiaan
yang didapatkan dari pacaran bukanlah kebahagiaan yang diridhoi Allah ta’ala.
Lantas, kebahagiaan sejati itu apa? Bagaimana cara
mewujudkannya?
Kebahagiaan sejati itu terletak di dalam hati. Cara
mewujudkannya yaitu dengan melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
selalu merasa cukup atas segala yang diberikan Allah pada kita, dan tidak lupa
berdzikir mengingat Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS.
An Nahl: 97).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Yang namanya kaya
(ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia).
Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d:28)
Maka, marilah kita mencari kebahagiaan yang sejati, bukan
kebahagiaan semu yang sesaat.
6. Pembuktian
Diri
Sebagai makhluk sosial, manusia menginginkan dirinya diakui oleh
lingkungannya. Ia tidak ingin dianggap dirinya tidak normal (baca:
homoseksual) karena tidak pernah pacaran. Ia juga tidak ingin dianggap dirinya
tidak laku karena tidak pernah pacaran. Oleh karena itu, ia menjadikan pacaran
sebagai pembuktian bahwa dirinya normal dan ada yang mau. Bahkan ada yang
menganggap semakin banyak pacaran berarti semakin laku. Astaghfirullah...
Cukuplah kita menunjukkan diri kita normal dengan tidak
berpacaran. Cukuplah kita menunjukkan diri kita normal dengan tidak mengumbar
pandangan. Karena kita normal maka kita tidak pacaran. Karena kita normal maka
kita tidak mengumbar pandangan.
Biarlah nanti kita buktikan diri kita normal saat kita menikah.
Biarlah kita buktikan diri kita ada yang mau saat kita menikah nanti.
7. Membuktikan
kedewasaan
Ada juga yang berpacaran karena ingin dianggap dewasa, bukan
anak-anak lagi. Seseorang yang telah memasuki masa pubertas memang tidak ingin
dianggap sebagai anak-anak lagi. Akan tetapi, cara pembuktian yang salah, yaitu
dengan berpacaran, sama sekali tidak menunjukkan kedewasaan.
Apakah pacaran yang isinya hanya bersenang-senang saja tanpa ada
ikatan yang didasari tanggung jawab merupakan suatu hal yang menunjukkan
kedewasaan?
Kedewasaan tidak hanya dilihat dari perubahan fisik, tapi juga
dari cara berpikir dan berperilaku. Orang yang bersikap dewasa pasti akan
menimbang baik buruknya suatu perbuatan, termasuk pacaran. Bahkan pacaran itu
seperti tingkah laku anak-anak, hanya ingin bersenang-senang saja, belum mau
memikul tanggung jawab.
8. Ikut-ikutan
Untuk para pemuda yang labil, dengan banyaknya teman-temannya
yang pacaran, ia pun tergiur untuk ikut-ikutan pacaran. Maka cukup kita
nasehati dengan firman Allah:
وَ ِإْن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ
سَبِيْلِ اللهِ
“ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi Ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah “.
(Al An’am : 116)
9. Lari
dari Masalah
Pacaran juga dilakukan sebagai pelarian dari masalah-masalah yang
dihadapi oleh seseorang. Seseorang yang broken
home, ada masalah di sekolah, ada masalah keuangan, atau
masalah-masalah lainnya mencoba melupakannya dengan berpacaran.
Permasalahan tidaklah hilang dengan melarikan diri dari
permasalahan. Permasalahan dapat diselesaikan dengan menghadapi masalah
tersebut. Berdo’alah kepada Allah agar dimudahkan dalam menghadapi
masalah-masalah yang ada. Mintalah bantuan kepada orang lain yang sanggup
membantu. Jangan menambah masalah baru dengan berpacaran.
10. Menghilangkan
Kesepian
Entah darimana asalnya tertanam pemikiran kalau pacaran bisa
menghilangkan kesepian sehingga bisa mendorong seseorang untuk berpacaran.
Padahal pacaran malah bisa menimbulkan kesepian-kesepian lainnya. Orang yang
sering kesepian justru orang yang berpacaran. Tidak bertemu sehari saja sudah
merasa kesepian. Satu jam terasa 1 hari, 1 hari terasa 1 bulan. Akibatnya
hidupnya menjadi tidak produktif. Hari-harinya hanya digunakan untuk mengobati
kerinduan akan kekasihnya.
Alangkah lebih baiknya jika kita mengobati perasaan kesepian
kita bukan dengan pacaran. Mari kita pikirkan. Boleh jadi selama ini kita
kurang dekat dengan Allah subhanahu wa
ta’alasehingga hati kita menjadi sepi. Boleh jadi selama ini kita
kurang dekat dengan ayah dan ibu kita, kurang dekat dengan keluarga kita
sendiri sehingga timbul perasaan sepi di hati. Boleh jadi kita kurang baik
dalam bergaul dengan teman-teman kita sesama muslim sehingga hati dilingkupi
perasaan kesepian. Boleh jadi kita belum memuliakan tetangga-tetangga kita
sehingga rasa sepi terus menggelayut dalam hati.
Maka, marilah kita sering-sering mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Marilah
kita perbaiki silaturahmi kita dengan ibu dan ayah kita, dengan keluarga dan
kerabat kita. Marilah kita perbaiki hubungan dengan teman-teman kita sesama
muslim. Dan, marilah kita berbuat baik kepada tetangga-tetangga kita.
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d:28)
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada
dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu..” (an-Nisa: 36)
Dengan melakukan hal-hal tersebut serta senantiasa
menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah, maka Insya Allah hati kita
tidak akan lagi merasa kesepian.
Mungkin masih ada alasan-alasan lainnya yang bisa membuat
seseorang berpacaran, tapi apapun alasannya berpacaran bukanlah sesuatu yang
benar untuk dilakukan. Marilah kita tinggalkan pacaran. Marilah kita senantiasa
memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Alhamdulillah bini'matihi
tatimmush shalihat...
===
Saya copy artikel ini dari salah satu
akun fanbase islami di facebook.
Karena menurut saya bermanfaat untuk di share.
Semoga ada manfaatnya, aamiin.
-Mia
0 komentar:
Posting Komentar